Informasi & Promo

Post Page Advertisement [Top]


Apakah kamu baru tertarik dengan fotografi? Jika iya, kemungkinan besar kamu akan kebingungan menentukan kamera apa yang paling cocok untuk kamu. Ada begitu banyak pilihan merek serta harga kamera di luar sana. Belum lagi pilihan DSLR atau mirrorless.
Selain itu, ukuran sensor kamera pun juga jadi faktor yang layak kamu perhitungkan. Ukuran sensor kamera penting karena nantinya akan menentukan hasil foto kamu. Pilihannya ada dua, kamera dengan sensor APS-C atau full-frame.
Nah, sekarang kamu tidak perlu bingung lagi karena BukaReview menjelaskan secara mendalam perbedaan sensor APS-C dan full-frame.

Ukuran Sensor Full-Frame vs. APS-C

sensor full frame vs APSC
Ukuran sensor kamera (Foto: Newatlas)

Sebelum era digital, kamera analog menggunakan sensor berukuran 35 mm. Ukuran tersebut sama dengan ukuran film negatif, seperti Kodak atau Fujifilm.
Baru ketika DSLR muncul istilah full-frame tersebut mulai muncul karena tidak semua sensor berukuran 35 mm. Sensor full-frame berukuran 36 x 24 mm.
Sementara ukuran sensor di bawah 35 mm disebut APS-C atau Advanced Photo System type-C. Ukuran sensor APS-C bervariasi, mulai dari 20,7×13,8 mm hingga 28,7×19,1 mm. Namun, yang paling umum dipakai adalah 22,5x15 mm pada kamera Canon dan 24x16 mm pada kamera lain.

Crop factor

crop factor
Ilustrasi crop factor (Foto: digital-photography-school.com)

Sensor APS-C yang lebih kecil dibandingkan full-frame membuat gambar menjadi lebih ‘zoom-in’. Perbedaan tersebut disebabkan crop factor pada sensor. Besaran crop factor pun berbeda pada tiap merek kamera.
Canon, misalnya, punya crop factor 1,5x. Artinya, jika kamu memakai lensa dengan focal length 15 mm maka field of view gambar yang kamu dapatkan setara dengan 24 mm di kamera full-frame.
Hal ini bisa menguntungkan sekaligus merugikan. Menguntungkan jika kamu sedang memotret gelaran olahraga dan kamu hanya punya lensa 200 mm maka lensa tersebut akan setara dengan 300 mm. Jadi, kamu tidak perlu membeli lensa yang lebih panjang lagi untuk memotret dari dekat.
Sebaliknya, crop factor pada APS-C bisa jadi merugikan jika kamu ingin memotret landscape dan membutuhkan field of view yang luas. Jadi, semuanya bergantung keperluan kamu.

Dynamic range

Dynamic range
Sensor yang lebih besar membuat dynamic range kamera full-frame lebih baik dibandingkan APS-C (Foto: diyphotography.net)

Ukuran sensor full-frame yang lebih besar dibandingkan APS-C juga turut berpengaruh pada dynamic range. Dengan luas penampang yang lebih besar, sensor full-frame lebih baik dalam menangkap cahaya, utamanya dalam kondisi low-light.
Perbedaan dynamic range ini akan terlihat jelas pada penggunaan ISO tinggi, misalnya untuk memotret milky way. Bagi sebagian orang mungkin akan menganggap noise pada APS-C cukup mengganggu jika dibandingkan dengan kamera full-frame. Namun, untuk pemakaian sehari-hari, kecanggihan teknologi kamera APS-C kini sudah mampu meredam noise tersebut.
Sebagai gambaran bagi kamu yang ingin membeli kamera bersensor full-frame maupun APS-C, BukaReview sudah mewawancarai dua fotografer dengan kamera berbeda, satu pengguna full-frame dan satu lagi APS-C.

Judi Sebastian, kamera full-frame

Judi Sebastian
Potret pemandangan Sanur, Bali diambil dengan menggunakan kamera full-frame (Foto: instagram.com/judisebastian)

Judi Sebastian mengaku pertama kali memotret hanya coba-coba. Ia ingin merasakan sensasi merekam keindahan visual yang dilihat menjadi sebuah foto. Dari situlah ia menjadikan fotografi sebagai hobi, meski mengakui bahwa kini ia sudah memikirkan untuk menjual karya-karyanya.
Sama seperti kebanyakan orang, Judi menggunakan kamera DSLR APS-C sebagai kamera perdananya. Alasannya karena harganya masih terjangkau dan perkembangan mirrorless belum sepesat sekarang.
Kamera full-frame jadi pertimbangan Judi karena APS-C dia anggap sudah tidak lagi bisa mengakomodasi kebutuhan dynamic range fotonyautamanya dalam kondisi low-light. Genre minimalis yang diterapkan pada foto landscape-nya, membuatnya sering memotret menjelang dan sesudah sunrise atau sunset.
Namun, tantangan terbesar dengan kamera APS-C adalah besarnya range antara highlight dan shadow dalam kondisi minim cahaya. Akibatnya, kualitas foto menurun drastis karena besarnya noise. Hal itu terpaksa membuatnya memilih kamera full-frame dengan rentang dynamic range yang lebih lebar dan, tentu saja, lebih mumpuni dalam kondisi low-light.
Kamera full-frame saat ini banyak dipilih oleh profesional karena kebutuhan komersial, misalnya untuk kebutuhan cetak yang besar. Meski Judi mengaku belum mengarah ke komersial, ia merasa noise dari kamera APS-C menganggu dan masih tetap terlihat ketika diunggah ke Instagram.

Sumber : https://review.bukalapak.com/gadget/perbedaan-kamera-full-frame-dan-aps-c-106942

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]