Hal
yang paling menyenangkan dalam fotografi perjalanan yaitu memungkinkan sang
fotografer keluar dari rutinitas sehari-hari, dan berpeluang menjumpai
pemandangan yang begitu mengesankan. Kalau hanya mengarahkan dan membidik,
hasil foto pemandangannya tidak seindah aslinya. Oleh karena itu, coba
mengutak-atik pengaturan pada kamera EOS Canon Anda semaksimal mungkin. Tidak
sulit, bukan? Berikut ini ada beberapa kiat yang akan membantu Anda menangkap
keindahan cahaya sehingga foto lebih mengesankan. (Dilaporkan oleh: GOTO
AKI, Fumio Kato (Digital Camera Magazine))
1. Mengekspresikan ketenteraman suasana lanskap tepi danau
EOS
5D Mark III/ EF35mm f/1.4L USM/ FL: 35mm/ Manual exposure (f/22, 1/40 det.)/
ISO 100/ WB: Daylight
Dalam
contoh ini, saya bermaksud menangkap keluasan horizontal lanskap yang bersahaja
serta urutan warna biru-putih-biru. Saya ingin mengemukakan perasaan tenteram
yang didapatkan dari tekstur tajam pepohonan serta keheningan awan yang
berarak, suasana danau dan saat itu. (Foto dan naskah oleh: GOTO AKI)
Panjang
fokus lensa yang mencuplik keluasan sedemikian rupa sehingga mendekati yang
saya lihat secara kasat mata
Saya menyusun bidikan simetris langit, awan dan danau berikut pepohonan di bagian tengah. Panjang fokus 35mm dapat digunakan untuk menggambarkan keluasan ruang dan sekaligus menyarankan bahwa pemandangan itu hanya sebagian dari pemandangan yang lebih besar dan megah. Untuk menonjolkan keluasan horizontal, saya menggunakan komposisi Aturan Segitiga untuk membagi langit dan awan ke dalam rasio 2:1.
Saya menyusun bidikan simetris langit, awan dan danau berikut pepohonan di bagian tengah. Panjang fokus 35mm dapat digunakan untuk menggambarkan keluasan ruang dan sekaligus menyarankan bahwa pemandangan itu hanya sebagian dari pemandangan yang lebih besar dan megah. Untuk menonjolkan keluasan horizontal, saya menggunakan komposisi Aturan Segitiga untuk membagi langit dan awan ke dalam rasio 2:1.
Aperture
sempit menggambarkan awan, danau dan pepohonan sekaligus
Walaupun pepohonan tampak seakan berdiri berderetan pada gambar, namun sesungguhnya pepohonan itu terletak pada jarak yang berbeda-beda dari kamera. Dengan menyempitkan aperture, saya mendapatkan depth-of-field yang lebih besar, yang tidak saja membantu untuk menghasilkan penggambaran bayangan pepohonan yang tajam, tetapi juga menangkap rincian awan dan air. Dalam situasi seperti ini, saya mendapatkan hasil terbaik pada f/22.
Saran: Apabila memotret pada aperture yang sangat sempit, waspadai difraksi. Ini merupakan level yang dapat diterima untuk bidikan ini, tetapi bisa membuat gambar terlihat lebih lembut daripada yang Anda inginkan.
Walaupun pepohonan tampak seakan berdiri berderetan pada gambar, namun sesungguhnya pepohonan itu terletak pada jarak yang berbeda-beda dari kamera. Dengan menyempitkan aperture, saya mendapatkan depth-of-field yang lebih besar, yang tidak saja membantu untuk menghasilkan penggambaran bayangan pepohonan yang tajam, tetapi juga menangkap rincian awan dan air. Dalam situasi seperti ini, saya mendapatkan hasil terbaik pada f/22.
Saran: Apabila memotret pada aperture yang sangat sempit, waspadai difraksi. Ini merupakan level yang dapat diterima untuk bidikan ini, tetapi bisa membuat gambar terlihat lebih lembut daripada yang Anda inginkan.
2. Mengabadikan kenangan embun pagi nan segar
EOS
6D/ EF100mm f/2.8L Macro USM/ FL: 100mm/ Manual exposure (f/2.8, 1/640 det/ ISO
400/ WB: 3.300K
Saya
mengambil bidikan ini pagi-pagi sekali setelah hujan berhenti. Butiran air
hujan pada rerumputan yang berkilau ditimpa sinar matahari pagi. Di sini, saya
menciptakan lingkaran bokeh darinya untuk menonjolkan kesegaran, nuansa
embun pada pemandangan tersebut. (Foto dan naskah oleh: Fumio Kato)
Arah
cahaya yang menciptakan pantulan dari butiran air
Sinar latar yang menyerong (diagonal) dapat digunakan untuk menonjolkan kemilau butiran air secara efektif. Untuk melakukannya, bidik dengan sumber cahaya secara diagonal dari balik subjek. Karena butiran air hujan dan rerumputan hijau akan tampak berona jingga di sinar surya pagi, saya menyesuaikan white balance ke 3.300K untuk menambahkan semburat biru ke gambar.
Sinar latar yang menyerong (diagonal) dapat digunakan untuk menonjolkan kemilau butiran air secara efektif. Untuk melakukannya, bidik dengan sumber cahaya secara diagonal dari balik subjek. Karena butiran air hujan dan rerumputan hijau akan tampak berona jingga di sinar surya pagi, saya menyesuaikan white balance ke 3.300K untuk menambahkan semburat biru ke gambar.
Memburamkan
cahaya untuk menciptakan lingkaran bokeh
lensa Telephoto memberikan depth-of-field dangkal yang Anda butuhkan untuk menciptakan bokeh, dan ini diperbagus saat Anda membidik dari jarak yang dekat ke subjek. Saya mengombinasikan ini dengan pengaturan aperture (f/2.8) untuk menciptakan lingkaran bokeh. Untuk membuat lingkaran bokeh yang bahkan lebih besar, saya menggunakan lensa dengan:
- Lensa close-up;
- Extension tube; dan
- Teleconverter.
lensa Telephoto memberikan depth-of-field dangkal yang Anda butuhkan untuk menciptakan bokeh, dan ini diperbagus saat Anda membidik dari jarak yang dekat ke subjek. Saya mengombinasikan ini dengan pengaturan aperture (f/2.8) untuk menciptakan lingkaran bokeh. Untuk membuat lingkaran bokeh yang bahkan lebih besar, saya menggunakan lensa dengan:
- Lensa close-up;
- Extension tube; dan
- Teleconverter.
3. Bidikan situs Warisan Dunia yang berpenampilan sinematik
EOS
5D Mark III/ EF16-35mm f/4L IS USM/ FL: 22mm/ Aperture-priority AE (f/16, 1/160
det., EV+0.3)/ ISO 400/ WB: Daylight
Katedral
St. Paul di Makau adalah situs Warisan Dunia yang selalu ramai oleh pengunjung,
jadi saya naik ke atas bukit kecil di sekitar untuk mencari lokasi pemotretan
yang lebih baik. Penampilan sinematik diperoleh melalui komposisi dan sudut pemotretan.
Teknik utama: Untuk menciptakan kedalaman, bidik dari samping
Sudut
pemotretan
Saya menangkap arsitektur dari samping yang menambah kedalaman pada gambar. Hal ini juga mencegah katedral tampak seakan menggelembung akibat cahaya latar dari matahari.
Komposisi
Saya tidak ingin area ini ditempati oleh pepohonan dan dedaunan di latar depan yang terlalu besar. Memotret dari samping, membantu menjaga keseimbangan.
Panjang
fokus lensa yang menghasilkan keseimbangan yang baik antara latar depan dan
subjek utama
Saya memanfaatkan efek dramatis cahaya latar dan benda-benda di latar depan untuk menghasilkan penampilan sinematik. Untuk memandu perhatian pemirsa ke arah katedral, yang merupakan subjek utamanya, saya menggunakan panjang fokus 22mm dan mengambil bidikan vertikal.
Saya memanfaatkan efek dramatis cahaya latar dan benda-benda di latar depan untuk menghasilkan penampilan sinematik. Untuk memandu perhatian pemirsa ke arah katedral, yang merupakan subjek utamanya, saya menggunakan panjang fokus 22mm dan mengambil bidikan vertikal.
Aperture
yang sempit mereproduksi tekstur objek latar depan
Pepohonan dan dedaunan di latar depan terlihat indah pada cahaya latar, jadi saya mencoba mereproduksi karakteristik dan teksturnya dengan deep focusing pada f/16. Saya belum tentu bisa mengarahkan perhatian pemirsa ke subjek utama (katedral) secara efektif jika latar depannya terlalu tajam, oleh karena itu saya memosisikan kamera lebih dekat ke dedaunan dan sengaja membiarkan gambar sedikit di luar fokus.
Pepohonan dan dedaunan di latar depan terlihat indah pada cahaya latar, jadi saya mencoba mereproduksi karakteristik dan teksturnya dengan deep focusing pada f/16. Saya belum tentu bisa mengarahkan perhatian pemirsa ke subjek utama (katedral) secara efektif jika latar depannya terlalu tajam, oleh karena itu saya memosisikan kamera lebih dekat ke dedaunan dan sengaja membiarkan gambar sedikit di luar fokus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar