Banyak orang yang menentukan lamanya hidup sebuah kamera dari shutter
count/shutter actuation, alias berapa kali kamera menjepret gambar. Hal
ini timbul karena biasanya produsen kamera melakukan pengetesan mekanisme
shutter. Contohnya ada kamera yang lolos tes 50.000 kali jepret, ada yang lebih
dari 100.000 kali. Semakin canggih sebuah kamera, biasanya semakin tinggi angka
tesnya. Nama tes ini biasanya disebut shutter durability.
Angka shutter durability biasanya dianggap angka harapan hidup sebuah
kamera, tapi ini sebenarnya kurang tepat, karena sebuah kamera belum tentu
rusak meskipun sudah dipakai terus sampai melewati angka shutter durability.
Sebaliknya, bisa jadi sebelum angka itu terlampaui, kamera bisa saja sudah
rusak, karena di dalam kamera digital, bukan hanya mekanisme shutter saja yang
berpengaruh langsung ke harapan hidup sebuah kamera, tapi banyak komponen
eletronik lain yang menentukan.
Meski rusak, mekanisme shutter sebuah kamera bisa diganti, tapi ya biasanya
cukup tinggi harganya dan tergantung jenis kameranya. Jika kameranya memang
sudah tua, (berumur lebih dari 5 tahun), mengganti mekanisme shutter mungkin
kurang efisien dibandingkan membeli kamera baru dengan teknologi yang lebih
canggih.
Dulu saya pernah membaca sebuah survey yang tidak scientific tapi cukup
menarik. Dari survei tersebut didapatkan bahwa usia harapan hidup kamera
digital biasanya terkait dengan harganya, misalnya harganya $100, maka usianya
hanya akan bertahan 1 tahun, dan kalau harganya $500 juta, biasanya rusak
setelah 5 tahun. Survei ini masuk akal juga, tapi tidak bisa jadi patokan yang
resmi. Masuk akalnya karena biasanya kualitas dan daya tahan barang-barang
elektronik berhubungan erat dengan harganya.
Selain indikator-indikator diatas, usia kamera digital biasanya bertahan sekitar
10 tahun sejak kamera itu diluncurkan, setelah itu, kemungkinan besar
tidak ada yang membuat spare-partnya lagi, sehingga jika tidak diteruskan, maka
jika ada komponen yang rusak, kameranya tidak bisa diperbaiki lagi.
Menurut saya, kita tidak perlu terlalu kuatir tentang shutter count. Foto
saja jika memang hobi, tapi juga jangan terlalu boros dengan asal jepret. Saat
membeli atau menjual kamera bekas, biasanya saya akan memeriksa shutter
countnya untuk mendapatkan gambaran seberapa banyak penggunaan kamera tersebut.
Semakin tinggi shutter countnya, harga kamera tersebut akan menurun.
Cara memeriksa shutter count kamera
Untuk mengetahui bagaimana memeriksa shutter count kamera, ambilah sebuah
foto berformat JPG (asal bukan RAW), lalu bukalah EXIF (metadata file yang
disisipkan ke dalam foto) dengan software pembaca gambar dan data EXIF, seperti
IrfanView+plug-in untuk
melihat metadatanya. Di Irfanview, bukalah foto, kemudian ke menu Image>Information>EXIF.
Carilah “Total Pictures.”
Software lain yang gratisan yaitu Opanda Iexif.
Untuk Opanda, setelah terinstall, bukalah foto dengan software ini. Di tab
EXIF, gulunglah kebawah dan carilah “Total Number of Shutter Releases for
Camera” Angka disampingnya adalah jumlah shutter count (jumlah berapa kali
jepret dengan kamera tersebut).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar